Senin, 05 Januari 2015

TRADISI BEGALAN DI DESA WATUAGUNG KABUPATEN BANYUMAS

TRADISI BEGALAN DI DESA WATUAGUNG KABUPATEN BANYUMAS
Uraian Kondisi Desa
Dilihat dari letak geografisnya Tradisi Begalan ini berada di dusun Karangjoho, desa Watuagung, kecamatan Tambak, kabupaten Banyumas. Dusun Karangjoho berada di desa yang di apit oleh beberapa dusun lainnya ,seperti dusun Karang Wangkal, Cunthelan, serta Gandhik. Posisi Tofografi tradisi ini, keadaan desa Watuagung beupa pegunungan dan perbukitan atau dataran tinggi. Keadaan penduduk desa Watuagung rata-rata berprofesi sebagai petani,pedagang, serta perantau.
Deskripsi dan Sejarah Tradisi Begalan
Tradisi Begalan merupakan tradisi atau jenis kesenian yang dipentaskan dalam rangkaian Upacara Perkawinan yaitu saat calon pengantin pria beserta rombongannya memasuki pelataran rumah pengantin wanita. Dalam Bahasa jawa Begal berarti rampok atau Perampokan. Upacara Begalan dilaksanakan apabila calon pengantin pria merupakan Putra Sulung. Tradisi Begalan berisi petuah-petuah atau kritikan untuk calon pengantin dalam mengarungi hidup rumah tangga yang disampaikan dengan gaya humor.
Sejarah Begalan ada beberapa versi salah satunya ialah jaman dahulu Adipati Banyumas mempunyai Putra sulung yang bernama Pangeran Tirta Kencana. Ngunduh mantu Putri Bungsu Adipati Wirasaba yaitu Dewi Sukesi. Setelah melaksanakan upacara pernikahan kedua pengantin Kembali ke Kadipaten Banyumas. Setelah melewati sungai Serayu, ditengah perjalanan mereka dihadang oleh para begal. Terjadilah pertempuran antara para begal dengan pengawal kadipaten. Akhirnya para begal dapat dikalahkan oleh pengawal Kadipaten. Lalu mereka menceritakan kejadian itu kepada sesepuh kadipaten banyumas. Sejak kejadian itu leluhur rmemberi wangsit agar melaksanakan tradisi begalan ini dalam upacara pernikahan supaya terhindar dari marabahaya. Tradisi begalan di laksanakan juga di daerah lain, seperti Purbalingga, dan Cilacap.
Pelaku dalam tradisi Begalan
Begalan merupakan Kombinasi antara seni Tari dan seni tutur atau seni Lawak dengan iringan Gendhing. Tarian begalan dibawakan oleh 2 pemain pria yang dilakukan berpasangan. Surantani adalah seorang yang membawa Brenong Kepang (PeralatanDapur) atau sebagai korban Perampokan atau yang dibegal. Sedangkan Surandenta adalah seorang yang membawa Pedang Wlira atau yang menjadi Pembegal.
Uborampe Tradisi Begalan
Uborampe dalam tradisi begalan yaitu brenong kepang yang dipikul oleh Surantani. Brenong Kepang berupa berupa peralatan dapur, seperti :Ian, Ilir, Cething, kukusan, Centhong, Kukusan, Irus, Siwur, Kalo (Saringan ampas), Wangkring, Pikulan, ataumbatan. Sedangkan Surandenta membawa Pedang Wlira.
Proses pelaksanaan Tradisi Begalan
Kedua pemain pria menari sambil membawa brenong kepang yang dibawa oleh Surantani dan Surandenta membawa Pedang Wlira sebagai Pembegal. Selanjutnya mereka membawakan dialog dengan gaya jenaka yang isinya berupa petuah-petuah penting bagi kedua mempelai atau penonton. Pentas Kesenian ini diiringi dengan gendhing-gendhing banyumasan seperti : ricik-ricik banyumasan, eling-eling banyumasan, dan lain-lain. Usai pertunjukan Brenong kepang diperebutkan oleh penonton yang biasanya dilemparkan oleh pemain begalan.
Makna Simbolik Peralatan Tradisi Begalan
Pada dasarnya Tari Begalan adalah tarian rakyat yang menggunakan peralatan-peralatan (properti) atau brenog kepang yang memiliki makna simbolis yang berguna bagi kehidupan masyarakat.
Makna Perlengkapan yang digunakan saat upacara Begalan :
Pikulan atau mbatan
Adalah Alat pengangkat brenong kepang. Alat ini terbuat dari bambu yang melambangkan seorang pria yang akan berumah tangga harus dipertimbangkan dahulu, ketika mencari calon istri harus dipertimbangkan bibit,bobot, dan bebetnya.
Pedang Wlira
Adalah Alat yang digunakan sebagai pemukul oleh Surantani dari pihak pengantin wanita yang menggambarkan seorang pria yang bertanggung jawab , berani menghadapi segala sesuatu yang meyangkut keselamatan keluarga dari ancaman bahaya.
Brenong Kepang
Adalah peralatan dapur yang dibawa oleh Surandenta meliputi :
Ian
yaitu Alat untuk angi nasi yang terbuat dari anyaman bambu. Menggambarkan  bumi tempat kita berpijak.
Ilir
yaitu kipas yang terbuat dari anyaman bambu. Menggambarkan seseorang sehingga dapat mengambil keputusan yang bijak saat sudah berumah tangga.
Cething
Yaitu tempat nasi yang terbuat dari bambu. Maksudnya bahwa manusia hidup di masyarakat tidak boleh semaunya sendiri.
Kukusan
Yaitu Alat untuk menanak nasi yang terbuat dari Anyaman bambu yeng mempunyai arti bahwa seorang yang sudah berumah tangga harus berjuang untuk mencukupi kebutuhan hidup semaksimal mungkin.
Centhong
Yaitu alat untuk mengambil nasi pada saat di angi yang terbuat dari kayu atau tempurung kelapa. Maksudnya seorang yang sudah berumah tangga mampu introspeksi diri sendiri, sehingga ketika mendapatkan perselisihan antara kedua belah pihak dapat terselisihan dengan baik.
Irus
Yaitu alat untuk mengambil dan mengaduk sayur yang terbuat dari kayu atau tempurung kelapa . maksudnya ialah seorang yang sudah berumah tangga hendaknya tidak tergiur atau tergoda dengan pria atau wanita lain yang dapat mengakibatkan retaknya hubungan rumah tangga.
Siwur
Yaitu alat untuk mengambil air yang terbuat dari tempurung kelapa yang masih utuh dengan melubangi dibagian atas dan di beri tangkai. Siwur merupakan kerata basa yaitu asihe aja diawur-awur artinya orang yang sudah berumah tangga harus dapat mengandalikan hawa nafsu, jangan suka menabur benih kasih sayang kepada orang lain.
Kalo atau Saringan ampas
Yaitu alat untuk menyaring ampas yang terbuat dari anyaman bambu. Artinya bahwa setiap ada berita yang datang harus disaring atau harus hati-hati.
Wangkring
Yaitu pikulan dari bambu. Filsafatnya adalah didala, menjalani hidup ini berat ringan, senang susah hendaklah dipikul bersama suami dan istri.